Kamis, 06 Januari 2011

Tunjukkanlah Kami Kejalan Yang Lurus... Ya Alloh... (Ruang Hati)

Kemarin, aku mendapatkan sebuah hadiah dari Alloh SWT, satu lagi pencerahan dalam hidup yang membuat aku semakin penuh rasa syukur, sebenarnya tiap hari Alloh selalu bermurah hati dengan selalu memberi dan memberi, tapi sungguh aku benar-benar merasa mendapat cahaya dalam hati yang tidak bisa aku lukiskan dengan kata, ya hadiah yang tidak berujud materi tapi kesejukannya begitu bernilai tinggi... Alhamdulillahi Robbil Alamiin, Puja dan puji hanya Untuk-Mu wahai Maha Raja Alam semesta.....

Pagi ini aku diingatkan seorang kawan dengan meninggalkan offline message di YM ku, bunyinya, jangan lupa berdo'alah Ihdinasshirotol mustaqiiim.. resapi makna nya, ingat manusia sesungguhnya telah tersesat...

Sejenak aku tersadar, benarkah umat manusia itu tersesat? bukankah sudah ada Al Qur'an? sebagai jalan penuntun? Benar memang ada Al Qur'an tapi yang paling bisa menjelaskan isi Al Qur'an sesuai apa yang dimaksud Alloh sudah tidak ada, tidak ada lagi Rasulullah sebagai penyampai wahyu dan risalah langit, tidak ada lagi tempat bertanya manusia tentang isi Al Qur'an dengan penjelasan dengan qot'i dan tidak meragukan.
Sungguh kebenaran manusia adalah sebuah relativitas, kebenaran manusia adalah kebenaran relatif dan parsial karena manusia hanya lah mahluk parsial/mahluk relatif.
Dalam kaidah berpikir tentang asal sumber kebenaran:

1. ada yang namanya kaidah umum, oposisibiner
contoh; ada siang ada malam, ada baik ada buruk, ada laki2 ada perempuan, ada kebenaran relatif, ada juga kebenaran mutlak/hakiki
dalam Islam, kebenaran mutlak dimiliki oleh Allah, berdasarkan apa?

2. berdasarkan kaidah umum non-kontradiksi dan sebab akibat
sesuatu yang mutlak, tentunya akan 100% pernah diketahui dan dimiliki oleh sesuatu yang mutlak juga dalam hal ini Allah/Tuhan/God sedangkan kita: makhluk relatif/makhluk parsial kita ini selalu parsial dalam memandang sesuatu, coba aja kita ambil contoh melakukan wawancara kepada 10 orang, menanyakan definisi dari roti tentunya masing2 orang itu akan menjawab sesuai dengan apa yang dia ketahui
tergantung sudut pandangnya masing-masing itu masih seputar roti, belum lagi seputar Islam atau hal lainnya yang pasti lebih rumit.

Jadi dari dasar logika berpikir seperti itu lah "kebenaran hakiki itu hak Alloh sepenuhnya". Tempatnya di mana? di dunia apa di akhirat? Sebenarnya pertanyaan itu lebih tepatnya “kapan” kita akan tahu yang mana “kebenaran hakiki?” jawabnya nanti bila Alloh Yang Mutlak itu berkenan membuka tabir kebenarannya... dimana? ya terserah Alloh, bisa di buka pas di dunia ini, bisa di buka pas di akhirat nanti setelah hari akhir, wallohu‘alam kita juga gak tahu…

Maka alangkah indahnya bila kita kembali mau mengkaji makna surat Al fatihah ayat 6-7, dalam surat Al-Fatihah yang kita baca tiap kali shalat, kita berdo'a untuk ditunjukkan kepada jalan yang lurus (kebenaran mutlak) bukan jalan yang sesat, artinya, kita merasa diri kita belum pada kebenaran hakiki, lebih ditegaskan lagi dalam surat An-Nahl ayat 125, Hanya Tuhanmulah yang mengetahui siapa2 yang tersesat dari Jalan-Nya, dan siapa-siapa yang mendapat petunjuk-Nya,

Alloh saja lah pemegang kebenaran mutlak, biarlah Dia saja sebagai Al Hakim sejati...
Manusia berikhtiar untuk mengikuti aturan-Nya sesuai apa yang bisa dia yakini untuk bisa lebih mendekat pada-Nya.

=== Salam Sabar ==== K Bories Yvcb.

2 komentar: