TINJAUAN LITERATURE DAN SAMPEL


Oleh: Diana Silaswati
(Analisa utama bersumber dari buku “How To Design And Evaluate Research In Education: Part Two The Basics Of Educational Research, chapter Five Review Of The Literature And Chapter Six Sampling, by Jack R, Fraenkel & Norman E. Wallen dan Sumber-sumber tambahan lainnya)
 

Review Of The Literature dan Sampling
1.   Pendahuluan
Dalam setiap studi riset,  melakukan tinjauan literatur dan konsep sampel serta populasi merupakan dua konsep yang harus diperhatikan peneliti dengan seksama, dua manfaat yang bisa diambil dengan melakukan tinjauan literatur yaitu dapat membantu mengumpulkan ide-ide lain yang menunjang keterangan/fakta-­fakta dalam penelitian dan dapat memperoleh informasi tentang hasil-hasil tcmuan lain yang mempunyai kesamaan atau hubungan dengan studi yang dilakukan. Dalam sebuah penelitian, tinjauan literatur merupakan langkah kedua setelah peneliti menentukan, membatasi, dan merumuskan masalah penelitian. Agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan yang coba-coba (trial and error) maka sebuah penelitian perlu dilengkapi dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil‑dalil dan generalisasi-generalisasi. Untuk mendapatkan informasi mengenai hal-hal tersebut, peneliti harus melakukan studi terhadap bahan kepustakaan/literatur.
Mengenai tinjauan literatur, dalarn memilih dan menentukan sumber referensi, ada dua kriteria yang biasa digunakan, yaitu prinsip kemutakhiran dan prinsip relevansi. Kecuali untuk penelitian historis, perlu dihindarkan penggunaan referensi yang sudah lama dan dipilih sumber yang lebih mutakhir. Sumber yang sudah lama mungkin memuat teori-teori atau konsep yang sudah tidak berlaku lagi karena keberadaannya sudah dibantah oleh teori yang baru atau hasil penelitian baru. Di samping harus mutakhir, sumber harus juga relevan bagi masalah yang sedang digarap. Seleksi berdasarkan kriteria relevansi ini terutama jelas pada sumber acuan khusus atau sumber utama.
Sedangkan pemilihan sampel individu­ adalah Salah satu langkah penting dalam proses penelitian, yang akan berpartisipasi (yang dapat diamati atau dipertanyakan) sebagai bagian dari suatu studi.
Sampel adalah suatu kelompok responden dalam suatu studi penelitian tempat atau sumber informasi diperoleh, sedangkan populasi merupakan kelompok responden tempat atau sumber hasil-hasil studi diaplikasikan. Dalam hampir setiap penelitian, banyaknya sampel selalu lebih sedikit dari populasi sebab peneliti jarang memiliki akses pada seluruh anggota populasi.
Permasalahan mendasar yang perlu diperhatikan adalah berkenaan dengan penarikan sampel dari suatu populasi atau ide sampling. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas sampling acak (random) dan non random serta beberapa tipe desain sampling. Kapan suatu sampel atau desain sampling cocok atau sesuai untuk menggeneralisasikan hasil-hasil suatu studi dan akan dibahas pada bagian akhir uraian ini.

2.   Tinjauan Literatur/Review Of The Literature
Dalam pembahasan tentang tinjauan literatur/review of the literature, penulis membahasnya dengan menganalisis isi bab 2 chapter 5 buku How to Design and Evaluate Research karya Fraenkle dan Wallen dengan bab 4 tentang Tinjauan Pustaka yang ditulis oleh Sally Schumacher dalam bukunya yang berjudul Research in Education, serta sunber-sumber lainnya. Terdapat empat pokok bahasan  dalam pembahasan mengenai tinjauan literatur ini, yaitu: 1) pentingnya tinjauan literatur, 2) sumber literatur, 3) langkah­-langkah menyusun tinjauan literatur, dan 4) menulis laporan tinjauan literatur.
2.1  Pentingnya Tinjauan Literatur
Berkaitan dengan pentingnya tinjauan literature/tinjauan pustaka, Fraenkel dan Wallen mengemukakan tentang pentingnya tinjauan pustaka tersebut sebagai berikut.
1.    dapat membantu mengumpulkan ide-ide lain yang menunjang keterangan/fakta-fakta dalam penelitian;
2.    dapat memperoleh informasi tentang hasil-hasil temuan lain yang mempunyai kesamaan atau hubungan dengan studi yang dilakukan.
Sedangkan Schumacher mengemukakan bahwa tinjauan pustaka apabila dilakukan secara hati-hati akan menambah pemahaman terhadap masalah yang dipilih dan akan membantu memecahkan masalah dari sebuah studi. Tanpa tinjaun pustaka akan sulit untuk membuat sebuah pokok dari ilmu pengetahuan. Selain itu Schumacher menjelaskan bahwa tujuan tinjauan pustaka digunakan.dalarn menyatakan istilah dari masalah, mengembangkan pola penelitian, menghubungkan hasil studi dengan ilmu pengetahuan yang sebelumnya dan saran untuk penelitian ke depan..
Berdasarkan kedua. pendapat yang telah dikemukakan di atas, baik menurut Fraenkel maupun Schumacher keduanya mengukuhkan bahwa tinjauan literatur itu memiliki kedudukan penting dalam sebuah penelitian. Bahkan Schumacher menilai lebih bila dibandingkan Fraenkel yaitu dengan mengemukakan bahwa melalui tinjauan literatur peneliti bisa membuat saran untuk penelitian selanjutnya. Menurut hemat penulis, hal tersebut sangat memungkinkan karena melalui tinjauan literatur, peneliti bisa lebih dapat mendalami atau bahkan menemukan masalah yang belum terangkat dalam penelitian yang dilakukannya, sehingga dapat menyarankan untuk melakukan penelitian lain berdasarkan hasil temuan melalui tinjauan pustakanya tersebut.
Mengacu pada kedua pendapat di atas, baik Fraenkel dan Wallen dan Schumacher berkaitan dengan pentignya menyusun tinjauan literatur, penulis berkesimpulan bahwa membaca berbagai sumber bacaan, kernudian menyusun konsep dari hasil tersebut untuk membentuk suatu teori penting dilakukan ketika akan mengadakan sebuah penelitian dan peneliti harus menjadikan hasil tinjauannya itu sebagai alat dalam menganalisis hasil penelitiannya.
Berkaitan dengan sebutan tinjauan pustaka/literatur (reviewing literature) seperti yang diistilahkan dalam buku yang ditulis oleh Fraenkel dan Wallen dalarn bukunya How to Design and Evaluate Research, penulis membandingkan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Chaedar Al Wasilah dalam bukunya yang berjudul Pokoknya Kualitatif. Istilah tinjauan literatur (reviewing literature) yang biasanya ditempatkan pada bagian dua dalam skripsi/tesis/disertasi seperti dalam buku Fraenkel dan Wallen menurut Chaedar Al-Wasilah mengimplisitkan kegiatan peneliti membaca literatur terkait, sedangkan Chaedar menyebutnya dengan istilah kerangka teoritis konseptual, yang berfungsi menunjukkan peran literatur itu sendiri dalam penelitian.
Selanjutnya Chaedar menjelaskan bahwa pemberian judul seperti itu (Kajian pustaka/Reviewing Literature) dapat menyesatkan karena beberapa sebab, yaitu:
1. Istilah kajian pustaka adalah judul generik untuk apa saja yang dikaji dan memberi kesan bahwa tugas peneliti adalah membaca literatur saja, dengan mengabaikan sumber-sumber konseptual lainnya, seperti pengalaman pribadi, makalah yang tidak dipublikasikan, tesis atau disertasi yang sedang digarap, tugas yang pernah dibuat untuk mata kuliah tertentu, diskusi kelas, usulan penelitian, Surat pembaca di media massa, talk show, presentasi di depan kelas, dan sebagainya.
2. Ada kecenderungan di antara para peneliti muda untuk mengartikan kajian pustaka sebagai berondongan ringkasan dari sejumlah sumber yang dikutip. Tanpa fokus yang jelas, kegiatan ini tidak lebih dari sekadar book report atau pamer bacaan.
3.  Ada yang mengartikan kajian pustaka sekadar menampilkan deskripsi-menyarikan penelitian terdahulu dan menerangkan teori yang sedang hangat dibicarakan. Padahal yang lebih penting adalah melakukan kritik terhadap penelitian dan teori terdahulu, mengidentifikasi kontradiksi yang ditemukan dalam penelitian terdahuh, merumuskan kontribusi penelitian yang akan Anda lakukan bagi pemahaman masyarakat akademis.
Berdasarkan uraian di atas penulis berkesimpulan bahwa terdapat perbedaan pemberian istilah yang dikemukakan oleh Fraenkel dan Wallen dengan Chaedar Al Wasilah, Fraenkel dan Wallen menyebutnya Tinjauan Literatur (Reviewing Literature), sedangkan Chaedar menyebutnya dengan istilah kerangka konseptual teoretis. Chaedar dengan jelas menghindari istilah tinjauan literatur (reviewing literatur) atau kajian pustaka dengan alasan istilah tersebut terlalu umum, sering diartikan hanya sekadar book report atau pamer bacaan saja.

2.2    Sumber Referensi
       Fraenkel dan Wallen mengemukakan tiga sumber referensi, yaitu referensi umum yang meliputi artikel, monograf, buku-buku, dan dokumen-dokumen yang berkaitan langsung dengan penelitian; sumber utama, yaitu sumber yang berkaitan langsung dengan penelitian, seperti berupa laporan dan jurnal; dan sumber tambahan atau penunjang, biasanya mengarah pada terbitan yang berupa hasil kerja, seperti buku teks, ensiklopedia, tinjauan penelitian, dan buku-buku tahunan.
       Schumacher mengemukakan dua sumber tinjauan pustaka, yaitu literatur utama dan literatur kedua. Literatur utama ialah studi penelitian orisinal atau tulisan para ahli teori atau peneliti. Literatur utama mengandung teks utuh dari laporan penelitian atau teori sehingga lebih mendetil dan teknis. Contoh literatur utama adalah studi empiris yang diterbitkan pada jurnal atau ditempakan pada database, laporan peneliti, risalah sekolah, dan disertasi. Literatur kedua meninjau penelitian terdahulu dan menyintesis studi teoretis dan empiris; memberikan ikhtisar cepat dari setiap studi orisinal tetapi menyebutkan pedoman yang luas pada bidang pengetahuan umum mengenai apa yang telah dilakukan pada topik, dan isi untuk menempatkan sumber utama terbaru ke dalam kerangka kerja. Contoh literatur kedua adalah risalah, artikel di ensiklopedia, dan jurnal yang mengandung tinjauan dari penelitian. Literatur kedua mungkin terlihat seperti menggabungkan sumber utarna ke dalam sate kesatuan kerangka kerja.
Sementara itu, Al Wasilah mengemukakan bahwa sumber rujukan dapat juga berupa pengalaman subjektif, makalah yang tidak dipublikasikan, tesis atau disertasi yang sedang digarap, tugas yang pernah dibuat untuk mata kuliah tertentu, diskusi kelas, usulan penelitian, surat pembaca di media massa, seminar bahkan presentasi di depan kelas. Pendapat Al Wasilah itu dapat dikelompokkan pada sumber tambahan seperti yang dikemukakan Fraenkel & Wallen, meskipun Fraenkel & Wallen tidak rnemasukkan semua sumber yang dikemukakan Al Wasilah tersebut.
Tipe- tipe sumber referensi terdiri atas referensi umum, sumber-sumber utama, dan sumber-sumber penunjang atau tambahan. Referensi umum merupakan sumber pertama dalam penelitian. Melalui referensi umum ini peneliti dapat melihat dan menemukan sumber-sumber lain, seperti artikel, monograf, buku-buku, dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan langsung dengan penelitian. Sumber utama merupakan sumber yang berkaitan langsung dengan penelitian. Dalam bidang pendidikan, sumber-sumber utama ini biasanya berupa laporan dan jurnal. Sumber tambahan atau penunjang biasanya mengarah pada terbitan yang berupa hasil kerja, biasanya berupa buku teks, ensiklopedia, tinjauan buku-buku tahunan.

2.3  Langkah-langkah Melaksanakan Tinjauan Literatur
     Mengenai langkah-langkah melaksanakan tinjauan literature Fraenkel & Wallen mengetengahkan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan tinjauan literatur, baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer.  
       Langkah-langkah secara manual meliputi:
1)   Menetapkan permasalahan penelitian setepat mungkin.
2)   Membaca dengan teliti  sumber-sumber utama dan sumber-sumber tambahan.
3)   Memilih referensi umum yang tersedia.
4)   Merumuskan syarat penelitian.yang berhubungan dengan masalah
5)   Mencari referensi umum untuk sumber utama yang relevan
6)   Mendapatkan sumber utama, beri simpulan utama.
Selain langkah-langkah melaksanakan tinjauan literatur secara manual seperti yang dikemukakan di atas, terdapat pula langkah-langkah melaksanakan tinjauan literatur dari hasil penelitian melalui komputer. Langkah-langkah melaksanakan tinjauan literatur dengan menggunakan komputer tersebut meliputi:
1)   Mendefinisikan masalah setepat mungkin
2)   Menentukan perluasan penelitian
3)   Menentukan database
4)   Memilih deskriptor
5)   Mengadakan penelitian
6)   Mendapatkan print out referensi yang diperlukan
Schumacher dalam bukunya yang berjudul Research in Eduaction menjelaskan proses langkah pencarian literatur melalui komputer sebagai berikut:
1)   Menganalisis masalah penelitian
2)   Menentukan jenis pencarian
3)   Memilih indeks untuk literatur utama
4)   Memilih deskriptor dan istilah deskripsor
5)   Melakukan pencarian komputer
6)   Menganalisis print out
7)   Menemukan referensi
       Penjelasan tentang langkah-langkah melaksanakan tinjauan literatur seperti yang dikemukakan kedua penulis di atas pada dasarnya sama, bersifat teknis. Perbedaannya Fraenkel dan Wallen mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan tinjauan literatur secara manual dan dengan cara menggunakan komputer, sedangkan Schumacher hanya mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan tinjauan literatur dengan menggunakan. komputer.
      Agar pelaksanaan kajian literatur dapat menghasilkan sebuah kajian yang maksimal, untuk mendukung penelitian yang kita lakukan maka langkah-langkah melaksanakan tinjauan literatur baik secara manual maupun dengan cara komputer keduanya harus dilakukan.

2.4    Menyusun/Menulis Laporan Tinjauan Literatur (berdasarkan manual maupun komputer)
Dalam menyusun hasil tinjauan literatur, Fraenkel & Wallen mengemukakan lima bagian yang harus ditulis, yaitu: 1) pendahuluan,  2) isi tinjauan, 3) ringkasan, 4) simpulan, dan 5) menyusun bibliografi. Pendahuluan, menggambarkan secara singkat ciri-ciri masalah dan bentuk pertanyaan penelitian. Pada bagian ini peneliti juga menjelaskan pentingnya pertanyaan tersebut. Isi dari tinjauan, secara singkat melaporkan dan mengelompokkan sumber-sumber referensi berdasarkan kepentingan dan keperluan; ringkasan tinjauan, mengulas rangkaian utarna yang muncul dalam literatur dan menunjukkan serta menggambarkan isi sumber bacaan dan mentabulasikan bahan  bacaan yang serupa atau memiliki kaitan dengan penelitian; kesimpulan, peneliti menjustifikasi sumber bacaan berdasarkan bentuk ilmu pengetahuan yang muncul dalam literatur; menyusun bibliografi dengan data bibliografi penuh dari semua sumber tinjauan literatur.
Schumaker mengemukakan bahwa tinjauan pustaka disajikan dalam tiga bagian, yaitu pendahuluan, tinjauan kritis, dan rangkuman.
Kedua pendapat di atas, pada dasarnya sama, perbedaannya terletak pada pembagian yang dikemukakan Frankle dan Wallen lebih terinci.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat menarik beberapa simpulan, yaitu:
1)   Tinjauan literatur sangat penting dalam sebuah penelitian karena dapat dijadikan
sebagai landasan berbijak dalam menentukan arah penelitian yang dilakukan.
2)   Istilah tinjauan literatur kurang tepat karena istilah tersebut cenderung memiliki makna umum sehingga sering dianggap sebagai rentetan atau parade teori, sebaiknya menggunakan istilah kerangka konseptual teoritis.
3)   Sumber referensi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu referensi umum, sumber utama dan sumber penunjang. Sumber penunjang bukan hanya hasil penelitian yang sudah diterbitkan saja, tetapi dapat juga berupa hasil-hasil penelitian yang tidak diterbitkan, seperti pengalaman pribadi, hasil presentasi di kelas, bahkan tesis atau disertasi yang masih digarap.
4)   Dalam menyusun tinjauan literatur, peneliti harus mampu meramu teori, ide serta konsep-konsep hasil penelitian terdahulu sehingga menjadi teori-teori yang dapat dijadikan landasan berpijak dalam penelitian yang dilakukan.

3.   Sampel/Sampling
Dalam pembahasan tentang sampel/sampling, penulis membahasnya dengan menganalisis isi bab 2 chapter 6 buku How to Design and Evaluate Research karya Fraenkle dan Wallen serta sunber-sumber lainnya. Terdapat empat pokok bahasan  dalam pembahasan mengenai sampel ini, yaitu: 1) pengertian sampel, 2) sumber literatur, 3) langkah­-langkah menyusun tinjauan literatur, dan 4) menulis laporan tinjauan literatur.
3.1    Pengertian Sampel
Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan sampel/Sampling itu menunjuk pada proses seleksi individu-individu untuk dijadikan sebagai anggota sampel. Segi keterwakilan (representatif) dari suatu populasi penelitian, dalam hal ini harus benar-benar dipertimbangkan.
Tugas pertama dalam seleksi sampel adalah membatasi atau mendefinisikan populasi penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Dengan kata lain, populasi adalah kelompok yang sebenarnya ingin diteliti dan pada kelompok inilah peneliti ingin menggeneralisasikan hasil-hasil studinya. Contoh: seluruh dosen Kopertis Wilayah IV Jabar dan Banten, seluruh siswa SMU kelas X di Kabupaten Kuningan dan sebagainya. Dari kedua contoh ini tampak bahwa populasi adalah setiap individu yang sama-sama memiliki karakteristik tertentu (atau satu set karakteristik). Bagaimana halnya dengan populasi sasaran (target population) dan populasi yang dapat diakses (accessible population)?
Pada dasarnya populasi aktual (populasi sasaran) yang menjadi sasaran generalisasi dari peneliti itu jarang. Oleh karena itu, dalam penelitian seringkali digunakan populasi yang dapat diakses oleh peneliti untuk digeneralisasikan berdasarkan hasil-hasil studinya terhadap sampel penelitian yang bersangkutan. Dengan kata lain, tipe populasi yang pertama (populasi sasaran) adalah pilihan populasi yang ideal, sedangkan tipe populasi yang kedua (accessible -population) adalah pilihan populasi yang realistik.
Sudjana (1986:5) membatasi sampel sebagai sebagian yang diambil dari populasi, sedangkan populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Sejalan dengan Sudjana, Hadi (1987:70) menjelaskan bahwa sampel atau contoh (monster) adalah sebagian individu yang diselidiki, sedangkan semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak digeneralisasikan disebut populasi atau universe.
Menurutnya, supaya lebih objektif istilah individu sebaiknya diganti dengan istilah subjek dan atau objek. Sampel yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang representatif yakni sampel yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal.
3.2     Metode-metode Sampling Random (Acak)
Pada umumnya setelah peneliti membuat keputusan tentang suatu sampel yang   akan ditelitinya, sedapat mungkin harus mencoba memperoleh suatu sampel yang representatif dari populasi yang diinginkannya. Dalam hal ini, paling sedikit ada tiga cara atau teknik sampling yang dapat digunakan, yaitu:(1) sampling random sederhana, (2) sampling random berstrata/berjenjang (stratified random sampling), dan (3) sampling kelompok (cluster sampling)
Sampling acak sederhana adalah suatu sampel yang setiap anggota populasinya memiliki kesempatan yang sama dan bebas (equal and independent chance) untuk dipilih sebagai anggota sampel. Dalam prakteknya, sering digunakan suatu tabel bilangan-bilangan acak. Sampling acak berstrata adalah proses penarikan sampel dengan cara subgroups atau strata tertentu diseleksi dengan proporsi yang sama dalam populasinya dan kemudian dijadikan sebagai sampel penelitian. Adapun sampling acak kelompok (cluster random sampling) tidak lain adalah sampel yang diperoleh dari seleksi kelompok–kelompok (cluster) atau subjek-subjek (bukan individu‑invidu). Dapat dikatakan bahwa tipe sampling ini lebih efektif dari tipe sampling sederhana dan berstrata apabila jumlah kelompok populasinya relatif banyak. Bahkan bila jumlah kluster populasinya lebih banyak lagi, peneliti sering menggunakan teknik sampling acak dua tahap (two stage random sampling).
Menurut Hadi (1987:75-77), teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel di mana semua individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sutrisno Hadi menyebut teknik sampling ini dengan istilah sampel secara rambang atau acak. Teknik ini dipandang sebagai teknik sampling paling baik. Sampel yang diperoleh secara rambang lebih mantap bila dibanding dengan -teknik sampling lainnya. Dalam prakteknya, prosedur random sampling meliputi tiga cara, yaitu:  (1) Cara undian; (2) Cara ordinal; (3) Cara randomisasi dari tabel bilangan random (lihat Arikunto, 2002:114).
3.3    Metode-metode Sampling Nonrandom
Sampling nonrandom secara garis besar dapat dibedakan menjadi sampling sistematik, samp1ing convenience, dan sampling purposif, serta sampling acak dua tahap. Dalam suatu sampel sistematik, setiap individu ke-n dalam daftar populasi dipilih untuk dimasukkan kedalam sampel. Contoh sederhana dari tipe sampling ini adalah bila dalam daftar populasi terdapat 5000 nama kemudian akan dipilih sebanyak 500 nama sebagai sampel, maka peneliti akan memilih setiap nama ke-10 pada daftar tersebut hingga diperoleh total 500 nama sebagai sampel.
Ada dua istilah atau konsep yang sering muncul dalam penggunaan sampling sistematik. Pertama, interval sampling (jarak antara setiap individu yang deseleksi sebagai sampel ditentukan dengan rumus: ukuran populasi dibagi dengan ukuran sampel yang diinginkan); dan kedua, rasio sampling (proporsi individu-individu dalam populasi yang diseleksi untuk dijadikan sebagai sampel dihitung dengan rumus: besar sampel dibagi dengan besar populasi).
Sampling konvenien (convenience sampling) biasanya digunakan bila sangat sulit atau tidak mungkin menggunakan sampling, baik random maupun nonrandom. Oleh karena itu, convenience sample diartikan sebagai suatu kelompok individu yang dalam waktu atau kesempatan tertentu (conveniently) dapat digunakan sebagai anggota sampel untuk kemudian diselidiki. Contoh: seorang guru besar lembaga pendidikan tinggi membandingkan reaksi­-reaksi mahasiswa dengan dua buku teks yang saling berbeda dalam perkuliahan statistik yang dibinanya. Sehubungan dengan itu, convenience samples dalam pandangan umum tidak dapat dianggap representatif dari setiap populasi, dan sebaiknya sedapat mungkin dihindari. Teknik ini digunakan hanya jika teknik-teknik sampling lainnya yang lebih layak tidak memungkinkan untuk digunakan dalam penelitian.
Sampling purposif digunakan bila peneliti mengasumsikan bahwa ia dapat menggunakan pengetahuannya tentang populasi untuk mempertimbangkan apakah suatu sampel tertentu representatif atau tidak. Oleh karena itu, purposive sampling berbeda dengan convenience sampling. Peneliti tidak semata-mata mempelajari/menyelidiki siapa atau anggota populasi yang tersedia, tetapi dalam sampling purposif ini peneliti mempertimbangkan (judgment) untuk memilih sampel sesuai dengan maksud tertentu.
Teknik sampling nonrandom banyak macamnya.
1)      Proportional sampling
2)      Stratifted sampling
3)      Purposive sampling
4)      Quota sampling
5)      Double sampling
6)      Area Probability sampling
7)             Cluster sampling (Hadi, 1987:80; Narbuko dan Achmadi, 2002:114; Arikunto, 2002:116).

3.4    Kajian Ilustratif Metode-metode Sampling
Dalam konteks ini kita (peneliti) mengasumsikan bahwa hipotesis penelitian adalah siswa yang memiliki self-esteen (penghargaan) yang rendah menunjukkan prestasi belajar yang lebih rendah dalam pembelajaran di sekolah. Selain itu, diasumsikan bahwa populasi sasaran penelitian adalah selurah siswa kelas X SMA di Kabupaten Kuningan; dan populasi yang dapat diakses adalah seluruh siswa kelas X SMA di wilayah Kabupaten Kuningan; kelayakan ukuran sampel:  n=200-250.
Berikut ini dikaji beberapa metode sampling, yaitu: sampling acak sederhana (simple random sampling), sampling acak kelompok (cluster random sampling), sampling berstrata/berjenjang (stratified random sampling), sampling acak dua tahap, sampling acak konvenien, sampling purposif, dan sampling sistematik.
1)  Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Dalam hal ini peneliti rnengidentifikasi seluruh siswa kelas X SMA negeri dan swasta di Kabupaten Kuningan. Jika misalnya jumlah siswa tersebut (N) mencapai 9000 siswa, maka setiap siswa diberi nomor dan kemudian digunakan Tabel Bilangan Acak untuk menentukan 200 siswa sebagai sampel penelitian. Kesukaran yang pokok adalah dibutuhkannya waktu yang panjang untuk mengidentifikasi tiap siswa yang akan dibutuhkan sebagai sampel penelitian.
2)   Sampling Acak Kelompok (Cluster Random Sampling)
Metode ini lebih layak dibandingkan dengan metode acak sederhana seperti di atas sebab penarikan sampel lebih merata untuk setiap sekolah bahkan untuk setiap kelas. Kelemahannya adalah jumlah sekolah yang digunakan hanya beberapa. Sebagai ilustrasi, ada 9000 siswa, jumlah tersebut dibagi rata-rata 30 siswa per kelas sehingga diperoleh 300 kelas. Kemudian dari 300 kelas ditarik rata-rata dua kelas per sekolah sehingga sampel yang digunakan berjumlah 150 sekolah. Karena sekolah dipilih secara acak, hanya ada empat sekolah yang dijadikan sebagai sampel dengan jumlah siswa sebagai sampel penelitian sebesar 4x2x30=240 siswa.
3)  Sampling Acak Berstrata/berjenjang (Stratified Random Sampling)
Dengan metode ini peneliti dituntut mengetahui proporsi setiap strata sekolah (misalnya negeri dan swasta) sehingga ia dapat menentukan jumlah proporsionalnya, misalnya 80% dari sekolah negeri dan 20% dari swasta.
4)   Sampel Acak Dua Tahap
Metode ini lebih layak lagi jika dibandingkan dengan tiga metode sebelumnya. Pertama, dipilih secara acak 25 sekolah dari populasi 150 sekolah; kemudian, dipilih secara acak 8 siswa dari setiap sekolah, (n = 8 x 25 = 200 siswa).
5)   Sampling Konvenien (Convenience Sampling)
Dengan metode ini dipilih 4 sekolah yang dapat diakses peneliti. Dengan demikian, akan peroleh sampel sebanyak n = 30 x 4 x 2 = 240 siswa.
6)   Sampling Purposif
Dengan metode ini dipilih 8 kelas dari seluruh SMA di Kabupaten Kuningan berdasarkan data demografisnya. Namun, peneliti harus memberikan perhatian khusus pada self-esteen dan skor-skor prestasi siswa dari setiap sekolah.
7)   Sampling Sistematik
     Dengan cara yang sistematik, misalnya dipilih setiap siswa yang ke-45 yang disusun secara alfabetis, dan akhirnya dijadikan sebagai sampel penelitian. Urutan ke-45 tersebut diperoleh secara logis: 200 siswa sampel dibagi 9000 siswa populasi sehingga, diperoleh 1/45. Tentu saja metode ini memiliki kelayakan yang sama dengan sampling acak sederhana dan besar kemungkinan akan dihasilkan biased sample. Karena itu, metode ini sering dipandang metode yang paling inferior dari seluruh metode sampling acak.
3.5  Ukuran Atau Besar Sampel
Sebenarnya tidak ada metode yang pasti dapat digunakan untuk menentukan besar sampel sebab banyak aspek atau parameter yang seharusnya dipertimbangkan sehingga membantu peneliti dalarn menarik kesimpulan (generalizability) dari sampel penelitian. Akan tetapi beberapa pedoman yang umum digunakan para peneliti untuk menentukan jumlah minimum subjek penelitian yang esensial adalah: (1) untuk penelitian deskriptif sebanyak 100 sampel; (2) penelitian korelasi sebanyak 50 sampel; serta (3) penelitian eksperimen dan kausal komporatif disarankan minimum sebanyak 30 individu per kelompok. Dalam penelitian eksperimen, sering juga digunakan sampel sebanyak 15 individu per kelompok, tetapi dengan catatan peneliti melakukan pengontrolan secara ketat dan bahkan sering dilakukan penelitian ulang (replikasi).
Untuk dapat menarik sampel secara respresentatif, Hadi (1987:70) memberikan beberapa petunjuk, yaitu sebagai berikut.
1)    Daerah generalisasi
2)    Penegasan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
3)    Sumber-sumber informasi tentang populasi
4)  Besar kecilnya sampel
5)  Teknik sampling
3.6  Validitas Eksternal
Menggeneralisasikan dari suatu sampel. Sejauh mana suatu sampel dapat digeneralisasikan untuk populasinya? Pertanyaan ini dapat dijawab bila peneliti berusaha menyelidiki validitas eksternal penelitiannya. Generalizability populasi ini sebenarnya menyatakan derajat suatu sampel dapat mewakili populasinya. Dengan kata lain, sejauh mana karakteristik suatu sampel juga dimiliki populasinya.

Daftar Pustaka:
Al Wasilah, Chaedar. 2002. Pokoknya Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Fraenkel, Jack R. And Norman E. Wallen. 2006. How to Design and Evaluate in Research. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metode Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Millan, J dan Scumacher, S. 2001. Research in Education. New York : Longman.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kuafitatif. Bandung: Rosda Karya.
Narbuko, Cholid dan H. Abu Achmadi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Siegel, Sidney. 1988. Statistik Nonparametrik. Alih bahasa Zanzawi Sayuti dan Landung Simatupang. Jakarta: PT Gramedia.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung; Alfabeta
------------, 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta-Bandung
Zurich, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.